Jumat, 27 April 2018

Inilah Evolusi yang Ada DiMotoGP

Setiap pebalap MotoGP punya gaya berkendaranya masing-masing. Tapi gaya berkendara itu bisa saja berubah mengikuti perkembangan motor yang dilengkapi teknologi canggih. Terkadang bahkan gaya berkendara para pebalap MotoGP menjadi perdebatan karena dianggap tidak sesuai aturan yang ada. Berikut detikOto ulas evolusi balapan MotoGP serta gaya berkendara para pebalap MotoGP dari masa ke masa seperti ada dalam video Speed and Noise.

Motor pertama kali dijual di Jerman pada tahun 1894 buatan dengan merek Hildebrand and Wolfmuller. Beberapa tahun setelah motor itu lahir, muncul-lah balapan motor untuk pertama kalinya dan diadakan di Prancis. balapan motor pertama kali itulah yang kemudian dikembangkan dengan nama balap Grand Prix. JUDI BOLA
Tidak sembarangan, balap motor Grand Prix digelar di sebuah trek yang memang sengaja dibangun. Balap Grand Prix inilah menjadi cikal bakal balapan MotoGP yang masih eksis hingga sekarang. Ajang balap motor paling terkenal pada tahun 1907 adalah ‘International Auto-Cycle Tourist Trophy’ atau sekarang dikenal dengan Isle of Man TT.
Tidak asal duduk dan mengendarai motor. Zaman itu balapan motor sudah ada gaya yang khas. Gaya berkendara itu pertama kali dikenalkan oleh pebalap asal Inggris Freddie Firth. Freddie memiringkan badannya berlawanan dengan arah motor berbelok, saat sedang melintasi tikungan. Rasanya gaya itu masih sering kita lihat sampai sekarang ya.
Kemudian gaya berkendara Freddie itu juga diikuti oleh pebalap Italia Tazio Nuvolari di atas motor Bianchi 350 cc-nya.
Hingga saat ini tak ada alasan jelas mengapa kedua pebalap itu mengarahkan badannya berlawanan dengan arah motor berbelok. Namun empat kali juara balap motor dunia John Surtees menyampaikan motor-motor yang dipakai balap zaman dulu memiliki ban besar, gaya gravitasi tinggi, dan posisi balap yang juga tinggi.
Faktor-faktor tersebut membuat si pebalap membutuhkan fisik yang kuat bisa meliuk-liukkan motor di tikungan. Secara reflek badan pengendara bakalan mengarah berlawanan dengan arah motor seperti yang dilakukan Freddie dan Tazio.
Selain itu, motor juga memiliki frame yang lebih kaku tanpa dilengkapi suspensi belakang, dengan memiringkan motor membuat sasis lebih fleksibel. Motor juga bisa oleng kalau dipaksa miring saat di tikungan bahkan paling parahnya bisa terjatuh. Jadi si pebalap butuh fisik yang kuat agar saat memiringkan motor di tikungan dan badan ke arah berlawanan mereka bisa mengontrol motor dengan baik sehingga tidak jatuh.
Gaya berkendara terpopuler lainnya dikenalkan oleh pebalap Geoff Duke. Berbeda dengan dua pendahulunya, Duke justru mengatakan motor harus selalu bersama dengan kita. Artinya kemana pun motor berbelok dan mengarah begitu pula dengan arah badan kita. Ia juga yang pertama mengenalkan lutut menyentuh aspal ketika di tikungan.
Zaman Duke membalap teknologi motor sudah semakin berkembang. Motor Manx Norton keluaran tahun 1950 yang dipopulerkan Duke misalnya memiliki sasis twin loop serta suspensi hidraulik di depan dan belakang. Mesinnya juga lebih rendah dibandingkan motor-motor pendahulunya. Motor ini lebih enak saat dikendarai di tikungan.
Duke tak perlu susah payah menyesuaikan kemiringan badan dengan motor agar tidak terjatuh. Duduk di tengah dengan baik dan posisi benar pun motor bisa berbelok tanpa harus dimiringkan tajam.
Duduk di posisi tengah saat balapan, sebenarnya menguntungkan pengendara karena bisa mengurangi drag aerodinamis. Duke bukan cuma mengenalkan gaya berkendaranya saja tapi ia juga mempopulerkan baju balap kulit pertama mirip seperti yang digunakan para pebalap zaman sekarang.
Duke mengembangkan baju itu bersama dengan penjahit lokal. Tujuannya untuk meminimalisir aerodinamis.
Antara tahun 1950 dan 1960 ban motor balap bisa digunakan untuk segala cuaca. Terbuat dari karet tebal karena bisa digunakan sepanjang balapan. Ban dengan karet tebal ini kelemahannya memiliki daya cengkeram yang terbatas. Sehingga setiap manuver harus dilakukan dengan perlahan-lahan.
Tahun 1970-an ada gaya berkendara baru yang dikenalkan yakni memiringkan badan hingga lutut hampir menyentuh jalan saat di tikungan. Teknik berkendara itu kabarnya dikenalkan oleh pebalap Finlandia Jarno Saarinen. Tapi ada juga yang menyebut Paul Smart dan John Cooper.
Yang jelas, gaya berkendara dengan lutut hampir menyentuh permukaan jalan itu dipopulerkan oleh pebalap dari Amerika Serikat Kenny Roberts. Kenny mempelajari teknik tersebut dengan memperhatikan Saarinen saat membalap di Ontario Motor Speedway.
Kemudian Kenny mulai sering menggunakan teknik itu saat membalap dengan posisi badan yang lebih miring lagi. Karena kecenderungan lutut yang bisa terluka terkena aspal jalan, Kenny mulai menggunakan pelindung lutut. Ini juga yang akhirnya membuat para produsen baju balap membuat pelindung lutut di setiap baju produksinya.
Teknik berkendara yang dipopulerkan Kenny ini semakin relevan dengan perkembangan teknologi motor serta desain sasis yang membutuhkan tenaga besar.
GABUNG SEGERA DI AGEN BOLA ONLINE TERPERCAYA, JUDI ONLINE TERPERCAYA, AGEN JUDI TERBAIK DISINI ANDA BISA LANGSUNG MENDAFTAR DENGAN KLIK LOGO JOIN DI BAWAH INI :
Tahun 1990-an muncul lagi gaya berkendara baru yang dipopulerkan oleh Mick Doohan. Sebenarnya gaya berkendara Doohan adalah kembangan dari gaya Kenny namun posisi badan bagian atas tidak terlalu miring ke jalan saat di tikungan.
Setelah Doohan, gaya berkendara baru dikenalkan oleh Valentino Rossi. Yang berbeda dari Rossi ini bisa menyesuaikan gaya berkendara sesuai dengan mesin, trek, hingga ban yang digunakan. Rossi juga bisa menggabungkan seluruh gaya berkendara yang dilakukan para pendahulunya.
Tak hanya gaya berkendara yang berubah, para teknisi juga berlomba-lomba mengembangkan teknologi elektronik dan juga ban. Ini membuat para pebalap harus kembali menyesuaikan gaya berkendaranya. Hingga akhirnya muncul Marc Marquez dengan gayanya.
Marquez lebih berani dengan dengan tidak terlalu memberikan cengkeraman pada ban ketika berada di tikungan. Ini membuatnya bisa melaju lebih kencang dari para rivalnya. Marquez juga diuntungkan dengan teknologi ban yang ada kala itu. Meski pada awalnya ia harus jatuh bangun mencari gaya berkendara yang pas hingga akhirnya bisa cocok dengan dirinya hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar